Larangan Jual Beli di Masjid
Ada suatu larangan yang jarang diperhatikan oleh setiap pedagang, yaitu larangan jual beli di masjid atau di lingkungan masjid.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيْعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِيْ الْمَسْجِدِ فَقُولُوا: لاَ
أَرْبَحَ اللهُ تِجَارَتَكَ وَإِذَا رَأَيْتُم مَنْ يُنْشِدُ فِيْهِ
ضَالَةً فَقُولُوا: لاَ رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ
“Bila engkau mendapatkan orang yang menjual atau membeli di dalam
masjid, maka katakanlah kepadanya, ‘Semoga Allah tidak memberikan
keuntungan pada perniagaanmu.’ Dan bila engkau menyaksikan orang yang
mengumumkan kehilangan barang di dalam masjid, maka katakanlah
kepadanya, ‘Semoga Allah tidak mengembalikan barangmu yang hilang.”[1]Dahulu, Atha’ bin Yasar bila menjumpai orang yang hendak berjualan di dalam masjid, beliau menghardiknya dengan berkata, “Hendaknya engkau pergi ke pasar dunia, sedangkan ini adalah pasar akhirat.”[2]
Termasuk juga terlarang adalah berjualan di lingkungan masjid yang masih masuk dalam pagar masjid. Hal ini karena para ulama telah menggariskan satu kaidah yang menyatakan,
الْحَرِيْمُ لَهُ حُكْمُ مَا هُوَ حَرِيْمٌ لَهُ
“Sekelilingnya sesuatu memiliki hukum yang sama dengan hukum yang berlaku pada sesuatu tersebut.”[3]Kaidah ini disarikan oleh para ulama ahli fikih dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْحَلاَلُ
بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ ، وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لاَ
يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ
اسْتَبْرَأَ لِدِيِنِهِ وَعِرْضِهِ ، وَمَنْ وَقَعَ فِى الشُّبُهَاتِ
كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى ، يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ . أَلاَ
وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى ، أَلاَ إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِى أَرْضِهِ
مَحَارِمُهُ
“Yang halal itu jelas, yang haram itu jelas. Di antara halal dan
haram ada perkara yang masih samar yang tidak diketahui oleh kebanyakan
orang. Siapa yang berhati-hati dari perkara yang samar, maka ia telah
menjaga agama dan kehormatannya. Siapa yang terjerumus dalam perkara
yang samar, keadaannya sama seperti seorang pengembala yang mengembala
di sekitar daerah larangan (batasan), yaitu lama kelamaan ia bisa
terjerumus di dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki daerah
batasan. Ketahuilah, bahwa wilayah terlarang Allah adalah hal-hal yang
Dia haramkan.”[4]Dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan berhati-hati dari perkara syubuhat (yang masih samar), di mana perkara ini dekat dengan daerah terlarang. Siapa yang menjauhi daerah terlarang ini, maka ia telah menjaga agama dan kehormatannya.[5]
Bagaimana memasang iklan promosi suatu produk di masjid?
Guru penulis, Syaikh Shalih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan berkata, “Aku memandang bahwa pemasangan iklan pameran dan semacamnya yang ditempel di masjid tetap terlarang guna menutup dari hal yang terlarang (yaitu jual beli di dalam masjid).”[6]Yang masih dibolehkan di dalam masjid adalah akad selain jual beli seperti melunasi utang, akad nikah, dan menjaminkan barang. Akad-akad semacam ini tidak disebut jual beli.
Adapun jual beli jasa (sewa menyewa) di dalam masjid tidak dibolehkan seperti transaksi kontrak atau sewa rumah di masjid.[7]
[1] HR. Tirmidzi no. 1321. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[2] HR. Imam Malik dalam al-Muwaththa’, 2: 244, no. 601
[3] Al Asybah wan Nazha-ir karya As Suyuthi, 1: 286.
[4] HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599.
[5]Al Haram, hal. 193.
[6] Min Fiqhil Mu’amalat, hal. 51.
[7] Fathu Dzil Jalali wal Ikrom, 2: 567.
0 komentar:
Posting Komentar
NB: Tulis saran,dan kritik mohon tidak menuliskan hal-hal yang mengandung unsur SARA, kata - kata yang provokativ (Flamming) maupun menjurus Pornografi, SPAMMING maupun Promosi dan supaya lebih bagus??????