Senin, 11 November 2013

Make the Most of Your Customizer: Three Neat Features to Try

Make the Most of Your Customizer: Three Neat Features to Try

WordPress.com users show their creativity not only in the content they publish, but also in how they design their sites. We always enjoy seeing how bloggers transform popular themes like Oxygen, Pilcrow, or Imbalance2 to create sleek, tailor-made sites.
Today, let’s take a closer look at the Theme Customizer, a key tool for anyone looking to spruce up their site, whether it’s a few small tweaks or a major makeover.

What is the Customizer?

Screen Shot 2013-11-08 at 1.20.33 AM
Imagine you want to try one of our newly-introduced fonts, or were inspired to add a custom header. Normally, you’d make the changes in the dashboard, save them, reload your blog, and see if you liked the results. If you didn’t, you’d repeat the process until you were satisfied.
The Customizer makes it simple and easy to test new looks for your site. Every change you make here is simultaneously reflected on the page you’re on, but won’t change your settings unless you click “Save.” It’s like a fitting room for blogs.
You can open it in a snap: just hover over your blog’s name in the admin bar, and click on Customize. You will next see the same page you were on, with the Customize panel (shown to the right) displaying all available customizing options. 
This panel features both free theme options, like a custom header and custom menus, and others that are included in the Custom Design upgrade, like custom colors and custom css. (It’s particularly useful if you’re considering upgrading, but don’t want to make a commitment without testing out potential changes.)
Curious about using the Customizer? Here are three of the features you’ll want to try out.

Site Title

Screen Shot 2013-11-08 at 12.05.47 AM
A time-saving free feature, the Site Title panel makes it a breeze to decide whether your header area should include a site title and a tagline, one but not the other, or neither.
You can type in your text and see it immediately appear on the screen. Uncheck the Display Header Text box, and your site title is gone.
Whether you’re using a custom header image or not, the differences will be striking. Here are three options, from the most text-heavy to the sparest:
Screen Shot 2013-11-08 at 12.04.01 AM
Site title and tagline are visible
Screen Shot 2013-11-08 at 12.04.26 AM
Only tagline is visible
Screen Shot 2013-11-08 at 12.05.07 AM
Neither site title nor tagline is visible

Custom Colors

Custom Colors Panel
A smart color palette will easily elevate your site’s look. With the Customizer’s Colors panel, you can test out endless combinations across all areas of your site, from headings to footer.
You can use colors not only to optimize the readability of your text, but also to create a look consistent with your blog’s other branding elements. If you’ve already activated the Custom Design upgrade, If you’ve already activated the Custom Design upgrade, all you need to do is click “Save” once you’re happy with your choices.
Otherwise, opting for the upgrade will allow you to use your chosen color scheme immediately (have no fear: the settings will be saved while you complete your purchase).
Click on the thumbnails below to see how different color schemes completely transform the feel of the same page:

Snapshots

What if you’d like to give your new design a test run, without making a long-term commitment? What if your blog changes colors seasonally, and you don’t want to forget the different palettes you’ve created? What if you switched themes, but now wish to return to your previously customized one?
Screen shot 2013-11-07 at 11.19.42 AM
Snapshots are here to help. With the Custom Design upgrade, you can record all your current customizations before making any changes. All you need to do is click the camera icon at the top of the Customizer. Add a snapshot title and an optional description, hit the “Create” button, and you’re set. Your current choices will be saved for future reference within the Customizer.
Then, if you decide to return to your previous design, or simply want to compare two different looks, you can navigate between your different snapshots, preview as many as you wish, and click on “Apply” once you’ve found your desired look.
A few simple tweaks can inject new life into any blog. With these Customizer features, you no longer need to guess what your site will look like, or worry about lost settings. You can let your imagination lead the way.

Minggu, 03 November 2013

rananda Prabowo bicara Doctor Honoris Causa Bung Karno



Merdeka.com - Doctor Honoris Causa adalah gelar yang tak asing lagi bagi para pemimpin negara. Pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima gelar kehormatan tersebut untuk kesekian kalinya, yakni dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Dari sekian presiden dan pemimpin dunia, Bung Karno barangkali yang terbanyak mendapat gelar Doctor Honoris Causa. Sang proklamator dianugerahi 26 gelar Doctor Honoris Causa dari 7 universitas dalam negeri dan 19 universitas luar negeri.

"Gelar Doctor Honoris Causa atau doktor kehormatan diberikan kepada seseorang karena dinilai berjasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia melalui karya-karyanya yang luar biasa. Tidak sembarang orang bisa menerima gelar akademis ini, dan tidak semua perguruan tinggi bisa menganugerahkan doktor kehormatan," kata Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Informasi (Situation Room) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Prananda Prabowo, kepada merdeka.com, Senin (23/9).

Kepada merdeka.com, anak kedua Megawati Soekarnoputri ini membeberkan sejumlah data soal penerimaan Doctor Honoris Causa oleh sang kakek. Data ini dia kumpulkan lewat pengarsipan naskah-naskah Bung Karno yang memang ia geluti.

Berikut ulasan tertulis Prananda:

Bung Karno mendapat gelar Doctor Honoris Causa untuk bidang ilmu yang berbeda-beda. 16 untuk bidang ilmu hukum, 3 untuk bidang ilmu kemasyarakat, 3 untuk ilmu teknik, 3 untuk bidang ilmu agama Islam, dan 1 untuk ilmu sejarah.

Di antaranya dari Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Institut Agama Islam Negeri Jakarta, Universitas Hasanuddin, Istanbul University (Istanbul/Turki), Brazil University (Rio de Janeiro/Brazil), Michigan University (Michigan/USA), dan Al-Azhar University (Kairo/Mesir).

Setiap kali dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa Bung Karno selalu bertanya,
apakah dirinya pantas diberi kehormatan sebesar itu. Menurut Bung Karno, dirinya mempunyai perhatian khusus bila dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari universitas dalam negeri. Untuk itu, beliau berharap pemberian gelar tersebut bukan dimaksudkan menjadi ajang gagahan bagi si penerima dan sekadar sanjungan belaka dari si pemberi.

Bung Karno juga menyadari sebagian gelar Doctor Honoris Causa yang diberikan universitas luar negeri kepada dirinya dalam rangka mempererat hubungan negara tersebut dengan Indonesia.

[...] memang ada yang memberi gelar Doctor Honoris Causa kepada saya itu, sekadar untuk kehormatan, sekadar untuk hubungan politik [...], kata Bung Karno saat menerima gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Ushuluddin dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta, pada tanggal 2 Desember 1964.

Bung Karno pertama kali mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Far Eastern University-Manila/Philipina pada tanggal 30 Januari 1951. Sedangkan gelar terakhirnya (26) diperoleh dari Universitas Muhammadiyah, Jakarta dalam bidang Falsafah Ilmu Tauhid pada tanggal 3 Agustus 1965.

Tahun 1956 merupakan tahun terbanyak Bung Karno dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa. Bulan Mei sampai September beliau memperoleh 6 gelar dari universitas luar negeri. Dari Columbia University-New York/USA, Michigan University-Michigan/USA, McGill University-Montreal/Kanada, Berlin University-Berlin Barat/Jerman Barat, Lomonosov University-Moskow/USSR, dan Beograd University-Belgrado/Yugoslavia.

Agaknya tahun 1956 menjadi tahun terbanyak Bung Karno dianugerahi gelar Doctor
Honoris Causa berkaitan dengan keberhasilan beliau menggalang kekuatan Asia-Afrika dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung, pada tahun 1955. Dr. Grayson Kirk, president Columbia University, saat memberikan gelar Doctor Honoris Causa Doctor of Law memperkenalkan Bung Karno sebagai a political pioneer of a great frontier of today and tomorrow. Sementara itu, Berlin University menilai Bung Karno berhasil membuat jembatan antara bangsa-bangsa (a bridge between nations).

Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung, tanggal 18-25 April 1955, mencapai kesuksesan besar mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia-Afrika. Konferensi ini menghasilkan deklarasi yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Di pembukaan Konferensi Asia Africa, Bung Karno menyampaikan pidato yang berjudul: Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru (Let A New Asia and A New Africa Be Born). Beliau mengatakan terharu atas kedatangan 28 pemimpin Asia-Afrika, Inilah konferensi antar benua yang pertama dari bangsa-bangsa berkulit berwarna di sepanjang sejarah umat manusia!

Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!


Daftar 26 Gelar Doctor Honoris Causa Bung Karno

1. 30 Januari 1951, Ilmu Hukum, Far Eastern University, Manila, Filipina
2. 19 September 1951, Ilmu Hukum, Univ. Gadjah Mada, Indonesia
3. 24 Mei 1956, Ilmu Hukum, Columbia University, Amerika Serikat
4. 27 Mei 1956, Ilmu Hukum, Michigan University, Amerika Serikat
5. 8 Juni 1956, Ilmu Hukum, McGill University, Kanada
6. 23 Juni 1956, Ilmu Teknik, Berlin University, Jerman Barat
7. 11 September 1956, Ilmu Hukum, Lomonasov University, Moskow, USSR
8. 13 September 1956, Ilmu Hukum, Beograd University, Belgrado, Yugoslavia
9. 23 September 1959, Ilmu HUkum, Kariova University, Praha, Cekoslowakia
10. 27 April 1959, Ilmu Hukum, Istanbul University, Turki
11. 30 April 1959, Ilmu Hukum, Warsaw University, Polandia
12. 20 Mei 1959, Ilmu Hukum, Brasil University, Ro de Jeneiro, Brasil
13. 11 April 1960, Ilmu Politik, Sofia University, Sofia, Bulgaria
14. 12 April 1960, Ilmu Politik, Bucharest University, Rumania
15. 17 April 1960, Doctor of Engineering, Budapest University, Polandia
16. 24 April 1960, Ilmu Filsafat, Al Azhar University, Kairo, Mesir
17. 5 Mei 1960, Ilmu Sosial dan Politik, La-Paz university, Bolivia
18. 13 September 1962, Ilmu Teknik, ITB, Indonesia
19. 2 Februari 1963, Ilmu Kemasyarakatan, UI, Indonesia20. 29 April 1963, Hukum Politik dan HI, Unhas, Indonesia
21. 14 Januari 1964, Ilmu Hukum dan Politik, Royal Khmer University, Phnompenh, Kamboja
22. 2 Agustus 1964, Ilmu Hukum, University of the Philippines, Manila, Filipina
23. 3 November 1964, Ilmu Politik, Pyongyang University, Korea Utara
24. 2 Desember 1964, Ilmu Ushuluddin, IAIN Jakarta, Indonesia
25. 23 Desember 1964, Ilmu Sejarah, Unpad, Indonesia
26. 3 Agustus 1965, Filsafat Ilmu Tauhid, Universitas Muhammadiyah, Jakarta, Indonesia

'Soeharto yang rekomendasikan Untung masuk Tjakrabirawa'

Merdeka.com - Nama Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa Letnan Kolonel Untung Sjamsuri dicatat dengan tinta merah dalam sejarah. Aksinya menculik tujuh jenderal di malam kelam 1 Oktober 1965 dikutuk. Akibat perbuatan Untung pula kelak Resimen Tjakrabirawa dibubarkan dan Soekarno dipreteli kekuasaannya oleh Jenderal Soeharto .

Tjakrabirawa adalah pasukan elite pengawal presiden dari empat angkatan. Seleksi masuk ke dalam resimen ini cukup berat. Tapi bukan Resimen yang melakukan seleksi ini, melainkan setiap angkatan.

Angkatan Darat memberikan pasukan dari Batalyon 454 Banteng Raiders, Angkatan Laut dari Korps Komando Operasi, Angkatan Udara memberikan Pasukan Gerak Tjepat dan Kepolisian menyerahkan Resimen Pelopor.

Bagaimana Untung bisa masuk ke Tjakrabirawa?

"Untung itu direkomendasikan Soeharto . Dia dekat dengan Soeharto dan juga Yani (Ahmad Yani)," kata Wakil Komandan Batalyon Tjakrabirawa, Kolonel Maulwi Saelan, saat berbincang dengan merdeka.com, di Jakarta, Jumat (27/9).

Versi Saelan, saat itu Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan dari Angkatan Darat kosong karena ditinggal oleh Letkol Ali Ebram yang dipromosikan ke bagian intelijen. Ali Ebram berasal dari pasukan elite Batalyon 454 Banteng Raiders di Semarang, Jawa Tengah. Maka penggantinya pun berasal dari Banteng Raiders. Saat itu Untung menjadi komandan batalyonnya. Saelan mengingat Untung ke Jakarta akhir tahun 1964 atau awal 1965.

Untung yang saat itu berpangkat Mayor bukan tentara sembarangan. Pria kelahiran Kebumen 3 Juli 1926 itu jago perang dengan banyak penghargaan.

Dalam operasi Mandala di Irian Barat, Untung meraih Bintang Sakti. Anugerah tertinggi untuk anggota militer. Prestasi itu hanya bisa disamai oleh Mayor Benny Moerdani dari Resimen Para Komando Angkatan Darat.

Nah, Soekarno dulu sempat kesengsem dengan Benny Moerdani. Tahun 1964, Benny seorang diri melerai tawuran berdarah antara RPKAD dan Tjakrabirawa dari KKO Angkatan Laut. Kabar soal keberanian Benny, sampai pula ke telinga Soekarno . Dia meminta Benny bergabung menjadi Komandan Tjakrabirawa. Tapi rupanya Benny tak minat.

Benny merasa jadi tentara itu harus bertempur, bukan menjadi pengawal. Maka pada Soekarno , Benny mengaku ingin menjadi komandan brigade. Artinya Benny ingin terus berkarir di pasukan, walau berat Soekarno merelakan Benny.

"Bung Karno memang lebih dulu mengenal Benny sehingga lebih dekat. Yang menikahkan Benny dulu juga Bung Karno," kata Saelan.

Karena Benny menolak, akhirnya Untung yang terpilih. Toh, prestasi Untung pun tak kalah dari Benny.

"Untung tentara sejati. Tubuhnya pendek dan berotot. Dia ikut bertempur bersama Yani melawan Permesta di Sumatera dan di Irian bersama Soeharto ," jelas Saelan.

Menurut Saelan, Untung memang pintar bertempur, sayang dia tak pintar politik. Saelan tak menduga kalau tiba-tiba Untung membawa anak buahnya menculik para jenderal. Untung tak pernah banyak bicara. Saelan mengingat hanya dua kali Untung berbicara dengan Soekarno , posisi Untung memang mengamankan ring luar.

"Saat melapor di awal penugasan dan saat Idul Fitri, itu dikumpulkan semua anggota Tjakrabirawa. Itu saja. Tidak benar kalau ada yang bilang Untung pernah melapor soal dewan jenderal pada Bung Karno," beber Saelan.

Betapa terkejutnya Saelan saat mendengar anggota Tjakrabirawa ikut terlibat penculikan para jenderal. Tapi semuanya sudah terlambat. Untung yang pendiam itu telah melangkah terlalu jauh.

Kedekatan Untung dengan Soeharto juga dituliskan oleh Mantan Wakil Perdana Menteri II Soebandrio. Keduanya sama-sama divonis mati dan ditahan di Rumah Tahanan Cimahi, Bandung. Saat itu Untung yakin vonis mati untuknya cuma sandiwara. Dia juga meyakini akan diselamatkan oleh Soeharto .

"Percayalah Pak Ban. Vonis untuk saya itu mungkin hanya sandiwara," kata Untung.

Tapi pertolongan dari sang sahabat tak kunjung datang. Untung ditembak di sebuah desa di Cimahi, akhir Maret 1966.

Justru Soebandrio yang akhirnya tak jadi divonis karena permintaan Ratu Elizabeth. Dulu Soebandrio sempat jadi Dubes RI di London.

G30S gagal, Untung ditangkap, Letnan Dul Arief ditembak mati





Merdeka.com - Kekuatan G30S pimpinan Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa Letkol Untung Syamsuri hanya bertahan 24 jam. Mereka berhasil menghabisi para jenderal di Lubang Buaya pagi hari 1 Oktober 1965. Tapi gerakan itu tak berlanjut.

Salah satu pimpinan G30S Brigjen Soepardjo berusaha meminta restu Presiden Soekarno . Tapi Soekarno malah memberi perintah lain. "Stop. Hentikan semua gerakan!"

Mendengar jawaban Soekarno , lemaslah Soepardjo. Sebagai jenderal dengan jabatan Panglima Komando Tempur di Kalimantan, dia tahu pasukannya sudah kalah. Soepardjo tahu Letkol Untung tak punya rencana cadangan. Dukungan Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk bergerak pun nyaris tak ada.

Soepardjo juga menyayangkan Untung tak berbuat sesuatu saat musuh dalam kondisi bingung. Kala itu seharusnya Untung bisa melakukan tindakan, memukul satuan-satuan militer yang tak mendukung G30S, atau mengambil kendaraan lapis baja untuk memperkuat posisi mereka.

"Radio RRI yang kita kuasai juga tidak kita manfaatkan. Sepanjang hari hanya dipergunakan untuk membacakan pengumuman saja. Harusnya radio digunakan semaksimal mungkin oleh barisan agitasi propaganda," kata Soepardjo seperti dikutip John Roosa dalam buku Dalih Pembunuhan Massal.

Untung membubarkan pasukannya, dia kemudian lari. Sebagai komandan, seharusnya Untung memberikan keterangan kemana harus lari, lalu di mana daerah aman. Kapan bertemu kembali. Tapi pasukan itu dibubarkan seperti membubarkan anak ayam.

Untung berpindah-pindah selama 10 hari di Jakarta. Lalu dia naik bus, mencoba lari ke Kebumen, kampung halamannya. Baru sampai Tegal, ada pos pemeriksaan. Mungkin karena takut Untung malah turun dari bus. Dia disangka copet dan dipukuli massa.

Setelah itu Untung diserahkan pada polisi militer yang membawanya ke Jakarta. Untung diadili dan ditembak mati.

Sementara itu Letnan Satu Dul Arief, komandan peleton Pasopati, pasukan penculik para jenderal juga kebingungan. Perwira Tjakrabirawa ini mencoba lari ke Semarang, ke markas asal mereka di Yon 454 di Srondol, Semarang.

Namun gara-gara kelaparan, pasukan itu terhenti di Markas Polisi Militer (PM) Cirebon. Mereka minta makan di sana. Komandan PM segera melapor ke Markas Resimen Tjakrabirawa ada 28 anggota Tjakrabirawa dan 21 anggota Yon 454 ditambah dua orang dari Brigif I.

"Kami segera memerintahkan agar pasukan itu dijemput. Lalu dimasukkan ke asrama di Tanah Abang," kata mantan Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa Kolonel Purn Maulwi Saelan saat berbincang dengan merdeka.com.

Kolonel Saelan marah sekali saat mendengar anak buahnya terlibat penculikan para jenderal. Dia terkejut Letkol Untung yang pendiam ternyata melakukan tindakan indisipliner. Saelan mengaku tak tahu menahu soal gerakan ini. Mereka yang terlibat hanya anak buah Untung langsung di Yon I Kawal Kehormatan.

"Saya marahi mereka. Saya tanya, apa-apaan ini? Kalian kenapa? Mereka jawab kami prajurit, kami menuruti perintah komandan batalyon," beber Saelan menceritakan kejadian puluhan tahun lalu itu.

Resimen Tjakrabirawa kemudian menyerahkan para anggota yang terlibat pada Kostrad dan Polisi Militer.

Namun rupanya, pemimpin mereka Lettu Dul Arief tak ada dalam rombongan itu. Dul Arief memisahkan diri menjelang Cirebon. Dia terus bergerak ke arah Timur. Nasibnya nahas, perwira pertama ini ditembak di Cilacap.

Sementara itu Brigjen Soepardjo baru bisa ditangkap 12 Januari 1967. Perwira tinggi G30S ini diadili dan kemudian divonis mati. Dengan pakaian serba putih, Soepardjo menempuh ajalnya di depan regu tembak.

Dalam jamuan makan terakhirnya, Jenderal Pardjo mengucapkan pidato singkat di depan para tahanan politik lain. "Kita sama-sama pendukung revolusi Indonesia, hanya sudut pandangnya berbeda-beda. Kalau saya malam nanti menemui ajal, ajal saudara tidak diketahui kapan. Itu saja perbedaan saya dengan kalian..."

Your app to find that 'perfect' someone

Your app to find that 'perfect' someone

   Text Size  
Published: Friday, 1 Nov 2013 | 10:29 AM ET
By: Erika Santoro



Twitter

50



LinkedIn

3


Share

Friday, 1 Nov 2013 | 12:00 AM ET
Using online apps to find your significant other is not unusual these days. In fact, one popular dating app, Tinder, now claims to have 300 million matches and 50 marriage proposals since it launched. Tinder is geolocation-based and links up with the subscriber's Facebook friends, making it possible to see if they have any friends in common with someone they would like to date.
Grouper offers a new twist to the dating game. Subscribers can go on a group date with two of their best single friends. For a $20 fee, the date includes the first round of drinks. Grouper will even take care of scheduling the date and location, coordinating the group's schedules.

The choices and chances of meeting a match are even greater since other dating apps are also now available. Among them are Coffee Meets Bagel and Grindr.

Although sites like eHarmony and Match.com are among the popular online dating resources, the apps upstarts are finding their way into consumers' hearts and mobile devices. The quick accessibility of these mobile dating apps allows users to create a profile in under a minute, giving them an edge over the online dating sites.